Kepribadian Dalam Perspektif / Pandangan Islam, Hakikat Manusia

a. Manusia Adalah Mahkluk Allah SWT

Keberadaan manusia di muka bumi ini bukan kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami, Melainkan kehendak yang maha kuasa, Allah Robbul ‘ Alamin. Dengan demikian, manusia dalam hidupnya mempunyai ketergantungan (dependent) kepada-Nya. Sebagai mahkluk allah, Manusia berada dalam posisi lemah ( terbatas) , Dalam arti tidak bisa menolak, ,menentang, merekayasa yang sudah dipastikan-Nya. Manusia adalah mahkluk Allah,ciptaan Allah, dan secara kodrati merupakan mahkluk yang beragama atau pengabdi Allah, Seperti tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW : “ Setiap Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,Naseani,Atau majusi” . ( H.R . Muslim ) 

b. Manusia Adalah Khalifah Di Muka Bumi 

Hal ini berarti, Manusia beradasarkan fitrahnya adalah mahkluk sosial yang bersifat altruis (mementingkan/membantu orang lain). Manilik fitrahnya ini, Manusia memiliki potensi atau kemampuan yang bersosialisasi, berinteraksi sosial secara positif dan kontruktif dengan orang lain atau lingkungan. 

Sebagai khalifah manusia mengemban amanah, atau tanggung jawab( responsibility) untuk berinisiatif dan berparpartisifasi aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera; dan berupaya mencegah terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan hidup ( Regional Global). 

c. Manusia Adalah Mahkluk yang Mempunyai Fitrah Beragama 

Melalui fitrahnya ini manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadi kebenaran agama itu sebagai tolak ukur atau rujukan perilakunya. Allah SWT berfirman : “ ..... Bukankah aku ini tuhanmu? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa kau adalah tuhan kami”. ( Al- ‘Araf : 172). 

d. Manusia Berpotensi Baik (Taqwa) dan Buruk (Fujur) 

Manusia dalam hidunya mempunyai dua kecendrungan atau arah perkembangan, yaitu taqwa, sifat positif (beramal shaleh) dan fujur, Sifat negatif (musyrik, Kufur, dan Berbuat ma’syiat/Jahat/buruk/zolim). Dua kutub kekuatan ini, Saling mempengaruhi. Kutub pertama mendorong individu untuk berperilaku yang normatif (merujuk nilai-nilai kebenaran), Dan kutub lain mendorong individu untuk berprilaku secara impulsif (Dorongan naluriyah, instinkif, Hawa nafsu ). Dengan demikian, Manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan pada situasi konflik antara benar-salah dan baik-buruk. 

Dalam surat Asy-syamsu: 8-10, berfirman: “Maka Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan taqwa. Sungguh bahagia orang mensucikan jiwanya,dan sungguh celaka orang yang mengkotori jiwanya”.

e. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih ( Free Choice ) 

Firman Alla SWT dalam Al-Qur’an Surat Arra’du ( Ayat 11) : 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum, Sehingga mereka sendiri yang mengubah (berinisiatif merekayasa) dirinya sendiri”. 

Manusia diberi kebabasan untuk memilih kehidupannya, apakah mau beriman atau kufur kepada Allah. Apakah manusia akan memilih jalan hidup yang sesuai dengan ajaran agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Dalam hal ini, Manusia mempunyai kemampuan untuk berupaya menyelaraskan arah perkembangan dirinya dengan tuntunan normatif, nilai-nilai kebenaran, yang dapat memberikan kontribusi atau nilai manfaat bagi kesejahteraan bagi manusia; Juga berseberangan dengan nilai-nilai agama, Sehingga menimbulkan suasan kehidupan (personal sosial) yang chaos, Anarkis, destruktif, atau tidak nyaman. 

Makna Kepribadian 

Kepribadian dalam study keislaman lebih dikenal dengan istilah syakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhshun yang berarti pribadi. Kata ini ini kemudian diberi ya’ nisbat sehingga mejadi kata benda buatan syakhshiyah yang berarti kepribadian. 

Abdul Mujib (1999:133) menjelaskan bahwa kepribadian adalah “ Integrasi sistem kalbu, akal, nafsu, manusia yang menimbulkan tingkah laku. 

Dinamika Kepribadian 

Dalam Al-Qur’an surat Asy-syamsu: 8, Allah berfirman : “ Maka Allah akan mengilhamkan kepada jiwa (manusia, fujur, (kepasikan, Kedurjanaan) dan taqwa (Beriman dan beramal shaleh). Ayat tersebut menunjukan bahwa manusia dalam hidupnya senantiasa dihadapkan dengan suasana perjuangan untuk memilih alternatif antara haq ( taqwa dan kebenaran ) dan bathil (fujur). 

Manusia Memang bukan malaikat, yang selamanya istiqomah dalam kebenaran (Attahrim: 6), Tetap juga bukan syetan, yang selamanya dalam kebathilan, kekufuran (kemakhsiatan) dan senantiasa mengajak manusia ke jalan yang dilarang Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 168 dikemukakan, Bahwa : “ Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu untuk berbuat jahat dan keji,dan mengatakan terhadap allah apa yang kamu tidak ketahui”. 

Manusia adalah mahkluk yang netral, kepribadianya itu bisa berkembang seperti malaikat, dan bisa juga seperti setan. Hal ini amat tergantung pada pilihannya tadi, apakah manusia mengisi jiwanya dengan ketaqwaan, atau dengan fujur. 

Tipe kepribadian 

Pilihan manusia terhadap dua masalah besar kehidupannya, yaitu haq dan bhatil akan melahirkan perilaku-perilaku tertentu, sesuai dengan kerakteristik atau tuntunan yang haq atau bhatil tersebut. Dalam Al-Qur’an kepribadian manusia itu terdapat tiga kelompok, Yaitu: Mukmin (Orang-orang yang beriman), Kafir (menolak kebenaran), dan Munafik (meragukan kebenaran). 

a. Tipe Mukmin 

Tipe kepribadian mukmin mempunyai karakteristik sebagai berikut : 
  • Berkenaan dengan aqidah: Beriman kepada Allah, malaikat, Rosul, Kitab, Hari ahkir dan Qodar. 
  • Berkenaan dengan ibadah: melaksanakan rukun islam. 
  • Berkenaan dengan kehidupan sosial: Bergaul dengan orang lain secara baik, suka bekerja sama, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, suka memanfatkan kesalahan orang lain dan dermawan. 
  • Berkenaan dengan moral: Sabar, Jujur, Adil, Qona’ah, Amanah,thawadu’ Istiqomah ,dan mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu. 
  • Berkenaan dengan Emosi: Cinta kepada Allah , Takut akan adzab allah, Tidak putus asa dalm mencari ridha allah, Senang berbuat kebaikan pada setiap orang, menahan marah, tidak angkuh, tidak hasud, Iri, dan berani dalam membela kebenaran. 
  • Berkenaan dengan intelektual: Memikirkan alam semesta dan ciptaan allah yang lainnya, selalu menuntut ilmu, menggunakan pikirnnya untuk sesuatu yang bermanfaat 

b. Tipe Kafir 

Tipe Kepribadian kafir mempunyai karakteristik sebagai berikut : 
  • Berkenaan dengan aqidah: Tidak beriman kepada Allah SWT. 
  • Berkenaan dengan ibadah: Menolak beribadah kepada Allah SWT 
  • Berekenaan dengan kehidupan sosial: Zhalim, Memusuhi orang beriman, senang mengajak kepada kemungkaran, melarang kebijakan. 
  • Berkaitan dengan kekeluargaan: Senang memutuskan silaturahmi. 
  • Berkenaan dengan Moral: Tidak amanah, sombong, takabur. 
  • Berkenaan dengan Emosi: Tidak cinta kepada allah, tidak takut terhadap adzab allah. 
  • Berkenaan dengan intelektual: Tidak menggunakan pikirannya untuk bersyukur kepada Allah SWT. 

c. Tipe Munafik 

Tipe kepribadian munafik mempunyai karakteristik sebagai berikut : 
  • Berkenaan dengan Ibadah: Bersifat riya, dan bersifat malas. 
  • Berkenaann dengan Aqidah: bersifat ragu dalam dalam beriman . 
  • Berhubungan dengan hubungan sosial: Menyeluruh kemungkaran dan mencegah kebajikan, suka menyebar isu sebagai adu domba di lingkungan kaum muslimin. 
  • Berkenaan dengan moral: senang berbohong, tidak amanah(khianat) , Ingkar janji, kikir, hedonis dan poertunis. 
  • Berkenaan dengan Emosi: suka curiga terhadap orang lain, takut mati. 
  • Berkenaan dengan intelektual: peragu dan kurang mampu mengambil keputusan (dalam kebenaran), dan tidak berpikir secara benar. 
  • Pengembangan Kepribadian 

Manusia diciptakan oleh Allah dari dua unsur yaitu, Unsur Jasmaniah dan Unsur Rohaniah. Dilihat dari karakteristik jasmaninya, manusia memiliki kesamaan dengan hewan (binatang). Kesamaan itu seperti berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan makan, minum, bernafas, seks (dorongan naluriyah untuk menambah keturunan), istirahat. Dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran:14, Dikemukakan tentang kebutuhan naluriyah manusia ini : 

“Manusia dihiasi dengan perasaan senang terhadap: Wanita, anak, harta yang banyak yang berupa mas, perak, kuda, (kendaraan) pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, sedangkan disisi Allah ada tempat kembali yang menyenangkan (surga)”. 

Namun dari segi rohaninya, manusia berbeda dengan hewan. Dalam hal ini, manusia memiliki akal atau kalbu yang subtansi rohaniah, yang dengannya menusia mampu merespon (menerima/menolak) kebenaran ajaran agama sebagai pedoman hidup, rambu-rambu yang mengatur pola perilakunya di dunia ini. 

Agama menunjukan prilaku yang benar, yang membimbing manusia ke arah kondisi kehidupan yang bahagia dan sejahtera, dan juga menunjukan pola prilaku yang salah ( menyimpang) yang memperosokan manusia ke lembah kehidupan yang nista dan nestana. 

Di dalam Al-Qur’an dinyatakan, bahwa manusia berpotensi untuk menerima atau menolak kebenaran (Asysyams: 8): “Maka Allah mengilhamkan jiwa manusia “fujur” (kefasihan/kedurjanaan) dan taqwa (beriman dan beramal shaleh)”. 

Ayat ini menunjukan bahwa manusia dapat berkembang menjadi seorang yang berkepribadian mulia (shaleh), atau kepribadian buruk (dolim/fasik/munafik). Kearah kepribadian yang mana manusia itu berkembang, amat bergantung padam kualitas pengalaman hidup sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Untuk memperluas pengetahuan alangkah baiknya Anda membaca buku-buku yang membahas teori-teori kepribadian dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Seperti buku Syamsu Yusuf. dengan judul bukunya  Teori Kepribadian.

Related Posts :