Makalah Biografi Riwayat Hidup Al-kindi dan Pemikirannya

Nama Al-Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi asal cikal-bakalnya, yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang yang sejak dulu menempati daerah selatah Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang.

Nama lengkap Al – Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ash- Shabbah bin ‘Imran bin Al Asy’ats bin Qays Al – Kindi. Ia dilahirkan di kota Kuffah Irak tahun 185 H ( 801 M ). Ayahnya bernama Ishaq Ash – Sabbah, adalah gubernur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775- 785 M) dan Al-Rasyid (786-809 M) dari Bani ‘Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir. Dengan demikian Al-Kindi dibesarkan dalam keadaan yatim. Kakeknya bernama Asy’ats bin Qais dikenal sebagai sahabat Nabi.

Al-Kindi yang dilahirkan di Kuffah pada masa kecilnya ia memperoleh pendidikan di Basrah. Tentang siapa guru-gurunya tidak dikenal, karena tidak terekam dalam sejarah hidupnya. Tetapi dapat dipastikan ia mempelajari ilmu-ilmu sesuai dengan kurikulum pada masanya. Ia mempelajari Al-Quran, membaca, menulis dan berhitung. Setelah menyelesaikan pelajaran (dasar)-nya di Basrah, ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, ia mahir sekali dalam berbagai macam cabang ilmu yang ada pada waktu itu, seperti ilmu kedokteran, filsafat, ilmu hitung, mantiq (logika), geometri, astronomi, dan lain-lain.

Nama Al-Kindi menanjak setelah ia hidup di istana pada masa pemerintahan Al-Mu’tashim yang menggantikan Al-Makmun pada tahun 218 H (833 M) karena pada waktu itu Al-Kindi dipercaya oleh pihak istana menjadi guru pribadi pendidik puteranya, yaitu Ahmad bin Mu’tashim. Pada masa inilah Al-kindi berkesempatan menulis karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun menerjemahkan kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.

Sosok Al-Kindi adalah sosok penomenal sekaligus misterius, karena tidak ada keterangan yang pasti tentang Al-kindi, baik masa kelahirannya, belajarnya, guru-gurunya dan wafatnya. Mustafa Abd Raziq berpendapat bahwa Al-Kindi wafat pada tahun 525 H, sedangkan Massignon menunjuk tahun 260, pendapat itu juga diamini oleh Hendry Corbyn dan Nellino. Sementara itu, yaqut Al-Himawi mengatakan bahwa Al-Kindi wafat sesudah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.

Karya – Karrya Al-Kindi

Al-Kindi adalah filosof yang sangat produktif dalam hal tulis menulis, ia juga aktif dalam kegiatan penerjemahan buku-buku Yunani. Hasil karya tulisnya cukup banyak dan disajikan dalan berbagai disiplin ilmu. Al-Kindi mengarang buku dalam berbagi bidang ilmu terutama Filsafat, Logika, Aritmatika, Astronomi, Kedokteran, Ilmu jiwa, Politik, Optika, Musik, Matematika dan sebagainya. Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah, tetapi jumlahnya amat banyak, Ibnu Nadhim, dalam kitabnya Al-Fihrits, menyebutkan lebih dari 230 buah. George N. Atiyeh menyebutkan judul-judul makalah dan kitab-kitab karangan Al-Kindi sebanyak 270 buah. Dalam bidang filsafat, karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof. Abu Ridah (1950) dengna judul Rasail Al-Kindi Al-Falasifah (Makalah-makalh Filsafat Al-Kindi), yang berisi 29 makalah. Prof. Ahmad Fuad Al-Ahwani pernah menerbitkan makalah al-Kindi tentang filsafta pertamanya dengan judul Kitab Al-Kindi Ila Al-Mutashim Billah fi Al-Falsafah Al- Ula (Surat ak-Kindi kepada Mutashim Billah tentang filsafat Pertama).

Karangan-karangan Al-Kindi mengenai filsafat menunjukan ketelitian dan kecermatannya dalam memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan dalam termonologi filsafat islam. Sebagaiman halnya penganut phytagoras, Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan matematika orang tidak bisa berfilsafat dengan baik.

Beberapa karya Al-Kindi antara lain sebagai berikut :

  •  Fi Al-Falsafah Al- Ula ( Tentang Filsafat Pertama). Dalam risalah ini menjelaskan tentang kebenaran pertama yang merupakan illat (sebab pokok) bagi semua kebenaran.
  • Al-Hasis ‘ala Ta’alum Al-Falsafah (anjuran untuk belajar filsafat). Risalah ini tampaknya terilhami dari rangkaian karangan kuno, seperti karya Aristoteles dan karya Cicero.
  • Fi Al-Radd’ala Al- Mananiah (penolakan penganut manichaeisme) dan Masa’il Al-Mithidin (tentang pernyataan-pernyataan kaun Atheis) mencerminkan simpatinya yang mendalam kepada Mu’tazilah.
  • Makalah Fi Al-Aql (pembahasan tentang akal).
  • Al-Hillal lil-Daf Al-Ahzan (kiat menghindari kesedihan).
  • Risalah fi Al-Ibanah an Al-‘Illat al Fa’illat al- Qaribahlil Kawn wa al—Fasad ( Tentang penjelasan Mengenai Sebab Dekat Yang Aktif Terhadap Alam dan kerusakannya).
  • Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (Kajian Filosofis tentang Rahasia-rahasia Spiritual).
  • Kitab fi Ibarah al-Jawami al-Fikriyyah ( tentang ungkapan-ungkapan mengenai ide-ide komprehensif).
  • Risalah fi Ananahu Jawahir La Ajsam (Tentang Substansi-substansi tanpa Badan).

Dari beberapa karangannya, dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah sososk yang mampu mengambil saripati keilmuwan dari ilmuwan-ilmuwan sebelumnya terutama ilmuwan yunani. Dari hasil karyanya dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah penganut aliran eklektisisme, yaitu suatu kepercayaan yang tidak mempergunakan atau mengikuti metode apapun yang ada, melainkan mengambil apapun yang paling baik dari metode-metode filsafat. Misalnya dalam Metafisika dan kosmologi ia mengambil pendapat-pendapat Aristoteles, dalam psikologi ia mengambil pendapat Plato, dalam bidang etika ia mengambil pendapat-pendapat Socrates dan Plato. Meskipun demikian, kepribadian Al-Kindi sebagai filosof muslim tetap bertahan.

Pandanngan Al-Kindi Tentang Filsafat Dan Agama

1. Definisi Filsafat Al-Kindi

Al-Kindi menyajikan banyak definisi filsafat tanpa menyatakan defini mana yang menjadi miliknya. Yang disajikan adalah definisi-definisi dari filsafat terdahulu, itu pun tanpa menegaskan dari siapa diperolehnya. Definisi-definisi Al-Kindi sebagai berikut :

a) Filsafat terdiri dari dua gabungan kata, philo (sahabat) dan sophia (kebijaksanaan). Filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Definisi ini berdasar atas etimologi yunani pada kata-kata itu.

b) Filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Definisi ini merupkan definisi fungsional, yaitu meninjau filsafat dari segi tingkah laku manusia.

c) Filsafat adalah latihan untuk mati. Yang dimaksud dengan mati adalah bercerainya jiwa dari badan. Atau mematikan hawa nafsu adalah mencapai keutamaan. Oleh karenanya, banyak orang bijak terdahulu yang mengatakan bahwa kenikmatan adalah suatu kejahatan. Definisi ini juga merupakan definisi fungsional, yang bertitik tolak pada segi tingkah laku manusia pula.

d) Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan dan kebijakan dari segala kebijakan. Definisi ini bertitik tolak dari segi kausa.

e) Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya. Definisi ini menitik beratkan pada fungsi filsafat sebagai upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri. Para filosof berpendapat bahwa manusia adalah badan, jiwa dan aksedensial manusia yang mengetahui dirinya demikain itu berarti mengetahui segala sesuatu. Dari sinilah para filosof menanamkan manusia sebagai mikrokosmos.

f) Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang abadi dan bersifat mennyeluruh (umum), baik esensinya atau kausa-kausanya. Definisi ini menitik beratkan pada sudut pandang materinya.

Dari beberapa definisi yang beragam diatas, tampaknya Al-Kindi menjatuhkan pilihannya pada definisi terakhir dengan menambahkan suatu cita filsafat, yaitu sebagai upaya mengamalkan nilai keutamaan . menurut Al-Kindi, filosof adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya yaitu oarang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil. Dengan demikian, filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau pengamalan dari kebenaran itu.

Al-Kindi menegaskan juga filsafat yang paling tinggi tingkatannya adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama, kausa dari suatu kebenaran, yaitu filsafat pertama. Filosof yang sempurna dan sejati adalah yang memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini pengetahuan tentang kausa (illat) lebih utama dari pengetahuan akibat (ma’lul, effact). Orang akan mengetahui tentang realitas secara sempurna jika mengetahui pula yang menjadi kausanya

2. Pemaduan Filsafat dan Agama

Dalam pandangan Al-Kindi antara filsafat dan agama atau antara akal dan wahyu tidak akan bertentangan, karena keduanya merujuk pada satu kebenaran. Sedangkan, kebenaran itu adalah satu tidak banyak.

Kesamaan filsafat dengan agama dari segi teoritis adalah sama-sama membahas tentang keesaan tuhan dan dari segi praktis yaitu menjunjung moralitas yang tinggi.

Dalam tulisannya Kammiyat Kutub Aristoteles, Al-Kindi mengemukakan beberapa perbedaan antara filsafat dan agama sebagai berikut :

a. Filsafat adalah kemanusiaan yang dicapai oleh filosof dengan berpikir, belajar, dan usaha-usaha manusiawi. Sementara agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati peringkat tertinggi karena diperoleh tanpa proses belajar, berpikir, dan usaha manusiawi, melainkan hanya dikhususkan bagi para rasul yang dipilih Allah dengan menyucikan jiwa mereka dan memberinya wahyu.

b. Jawaban filsafat menunjukan ketidak pastian (semu) dan memerlukan pemikiran atau perenungan. Sementara itu, agama (Al-Quran) jawabannya menunjukan kepastian (mutlak benar) dan tidak memerlukan pemikiran dan perenungan.

c. Filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama menggunakan metode keimanan

Al-Kindi juga mengemukakan bahwa pemaduan antara filsafat dan agama didasarkan atas tiga alasan.

  • Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.
  • Wahyu yang diturunklan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
  • Menuntut ilmu secara logika diperintahkan oleh agama.

Filsafat Al-Kindi

1) Filsafat Pengetahuan (Epistimologi)

a. Pengetahuan Inderawi

Pengetahuan ini doperoleh melalui penangkapan alat indera terhadap suatu objek. Penetahuan inderawi terjadi secara langsung ketika orang mengamati terhadap objek-objek material, dan dalam proses yang tanpa tenggang waktu dan tanpa upaya berpindah ke imajinasi kemudian ke tempat penampungannya yang disebut Hafizah. Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan ini tidak tetap, karena objek yang diamatipun tidak tetap, selalu dalam keadaan menjadi, berubah setiap saat, bergerak, berlebih-berkurang kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya.

Pengetahuan inderawi ini tidak memberi gambaran tentang hakikat suatu realitas. Pengetahuan inderawi selalu berwatak dan bersifat parsial (juz’iy). Pengetahuan inderawi amat dekat kepada penginderaannya, tetapi amat jauh dari pemberian gambaran tentang alam pada hakikatnya.

b. Pengetahuan Rasional

Pengetahuan tentang sesuatu yang didapat dan diperoleh dengan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, bersifat imaterial. Objeknya bukan individu, tetapi genus dan spesies.

c. Pengetahuan Isyraqi dan Iluminitif

Pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran nur ilahi. Pengetahuan seperti ini diperoleh para nabi yang terjadi karena kehendak Tuhan semata. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkannya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

Menurut Al-Kindi ruang lingkup filsafat terbagi kepada dua, yaitu teoritis dan praktis. Studi teoritis mencakup metafisika dan fisika. Sedangkan studi praktis mencakup etika, ekonomi dan politik.

Sedangkan jika ditinjau dari sudut pandang lain maka teoritis itu terbagi kepada tiga komponen, yaitu:

  • Objek-objek yang tidak terpisah dari materi itu sendiri yang meliputi aspek jasmani.
  • Objek-objek yang bertautan denngan materi tetapi dalam dirinya bukan materi, seperti jiwa.
  • Wujud yang nyata menyangkut objek-objek illahi saja dan mutlak terpisah dari materi.

2) Filsafat Ketuhanan

Tentang hakikat Tuhan, Al-Kindi mengatkan bahwa Tuhan adalah Wujud Yang Haq (Sebenarnya) yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah tiada selama-lamanya, yang ada sejak awal dan akan senantiasa ada selama-lamanya. Tuhan adalah Wujud Sempurna yang tidak pernah didahului wujud yang lain, dan wujud-Nya tidak akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain melainkan dengan perantaranya.

3) Filsafat Alam

Al-Kindi dalam bukunya “Rasa’il Al-Kindi Al-Falsafiyah” menjelaskan bahwa alam ini dijadikan Tuhan dari tidak ada menjadi ada dan Tuhan yang mengendalikan, mengatur serta menjadikannya sebab yang lain.

Alam dalam sistem Aristoteles, terbatas oleh ruang tetapi tak terbatas oleh waktu, karena gerak alam seabadi penggerak tak tergerakan. Keabadian alam, dalam pemikiran islam ditolak, karena islam berpendirian bahwa alam diciptakan. Al-Kindi menolak secara tegas pandangan Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta tidak terbatas atau kekal.

4) Filsafat Etika

Al-Kindi berpendapat bahwa keutamaan manusiawi tidak lain adalah budi pekerti manusiawi yang terpuji. Keutamaan-keutamaan itu terbagi tiga, yaitu:

Merupakan asas dalam jiwa, tetapi bukan asas yang negatif, yaitu pengetahuan dan perbuatan. bagian ini terbagi menjadi tiga.

  • Kebijaksanaan (hikmah)
  • Keberanian (sajaah)
  • Kesucian (‘ffah)

Keutamaan-keutamaan manusia tidak terdapat dalam jiwa, tetapi merupakan hasil dan buah dari tiga macam keutamaan tersebut.

Hasil keadaan lurus tiga macam keutamaan itu tercermin dalam keadilan.

Jadi, keutamaan-keutamaan manusia terdapat dalam sifat-sifat kejiwaan dan dalam buah yang dihasilkan oleh sifat-sifat tersebut.

Pengaruh filsafat Al-Kindi

Al-Kindi sebagai kunci pertama pembuka gerbang filsafat dunia islam. Melalui usahanya ini Al-Kindi berhasil membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menerima filsafat. Al-Kindi memiliki pengaruh dan kostribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam. 

Sejarah membuktikan, prestasi yang telah di ukir Al-Kindi menjadikan dirinya dinobatkan sebagai filosof muslim +kenamaan yang sejajar dengan para pemikir raksasa lainnya. Ia adalah filosof pertama islam yang menyelaraskan agama dengan filsafat. Ia melicinkan jalan bagi al-farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Ia memberikan dua pandangan yang berbeda. Yang pertama mengikuti jalur ahli logika, dan memfilsafatkan agama. Yang kedua, memandang agama sebagai ilmu ilahiyah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilahiyah diketahui lewat jalur para nabi. Tetapi melalui penafsiran para filosofis, agama jadi selaras dengan filsafat. Kebesaran Al-Kindi telah dibuktikan dengan pengaruh Al-Kindi terhadap kemajuan peradaban islam, kemajuan ilmu pengetahuan di dunia islam yang dipelopori oleh Al-Kindi ini telah mengantarkan Al-Kindi dan karya-karyanya menghiasi kerajaan Al- Mu’tasim. Pemikiran Al-Kindi telah banyak menginspirasikan banyak para pemikir lain pada masa itu. Hal itu dibuiktikan oleh Gerad dari Cremona ke dalam bahasa latin. Karya-karya itu sangat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan

PENUTUP

Al-Kindi adalah filosof islam yang mula-mula secara sadar berupaya mempertemukan ajaran-ajaran islam dengan filsafat Yunani. Sebagai seorang filosof, Al-Kindi amat percaya kepada kemampuan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang realitas. Tetapi dalam waktu yang sama diakuinya pula, keterbatasan akal untuk mencapai pengetahuan metafisis. Oleh karenanya menurut Al-Kindi diperlukan adanya nabi yang mengajarkan hal-hal di luar jangkauan akal manusia yang diperoleh dari wahyu Tuhan. Dengan demikian Al-Kindi tidak sependapat dengan para filosof Yunani dalam hal-hal yang dirasakakn bertentangan dengan ajaran islam yang diyakininya.

Karangan-karangan Al-Kindi umumnya berupa makalah-makalah pendek dan dinilai kurang mendalam dibandingkan dengan tulisan-tulisan Al-Farabi. Namun sebagai filosof perintis yang menempuh jalan bukan seperti para pemikir sebelumnya, maka nama Al-Kindi memperoleh cetak biru dan mendapat tempat yang istimewa di kalangan filosof sezamannya dan sesudahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. A. Mustafa. 1997: Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung.

A . Heris Hermawan, M.Ag, Yaya Sunarya, M.Pd. 2011: Filsafat Islam, Insan Mandiri, Bandung.

Dr. Ibrahim Madkour.1990: Aliran dan Teori Filsafat Islam, Bumi Aksara,Yogyakarta.