Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pencaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus Respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Perbedaaan Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif
Behavioristik
Macam-Macam Teori belajar Kolompok Behavioristik
Gambar diatas merupakan contoh atau ilustrasi dari teori belajar Classical conditioning yang dikembangkan oleh Pavlop. Dalam sebuah percobaan dengan seekor anjing, dalam percobaannya Pavlop ingin membentuk tingkah laku tertentu pada anjing.
Bentuk percobaannya, anjing dalam keadaan lapar dibunyikan lonceng kemudian diperlihatkan makanan dan saat itu air liur anjing keluar. Secara terus menerus cara ini dilakukan "bunyikan lonceng dan perlihatkan makanan sampai air liur anjing keluar" Sehingga pada akhirnya setiap kali lonceng dibunyikan air liur anjing keluar walaupun tanpa diperlihatkan atau diberi makanan.
Dalam keadaan ini, aning beljar bahwa jika lonceng berbunyi pasti ada makanan sehingga air liurnya keluar. Dari percobaan ini ditarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian tersebut adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
Contoh dalam kehidupan manusia, seorang ayah ingin anaknya rajin belajar dan berprestasi disekolahnya. Ayahnya mengatakan "Dek, jika apabila kamu nanti naik kelas, ayah berjanji akan membelikan kamu sepeda baru" sehingga anak tersebut rajin belajar tapi bukan karena ingin pintar atau ingin naik kelas tapi karena ingin tas baru. Akhirnya lama-kelamaaan menjadi sebuah kebiasaan walaupun tanpa di iming-iming bonus, hadiah atau semisalnya.
Perbedaaan Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif
Behavioristik
- Mementingkan pengaruh lingkungan
- Mementingkan bagian-bagian
- Mengutamakan peranan reaksi
- Hasil belajar terbentuk secara mekanis
- Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
- Mementingkan pembentukan kebiasaan
- Memecahkan masalah dilakukan dengan cara "trial and error"
Kognitif
- Mementingkan apa yang ada dalam diri
- Mementingkan keseluruhan
- Mementingkan fungsi kognitif
- Terjadi keseimbangan dalam diri
- Tergantung pada kondisi saat ini
- Mementingkan terbentuknya struktur kognitif
- Memecahkan masalah didasarkan kepada "insight"
*daftar diatas bentuk dalam tabel
Teori-Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif
Berikut dibawah ini adalah macam-macam teori belajar yang sering muncul dimakalah-makalah dan buku-buku pendidikan.
Macam-Macam Teori belajar Kolompok Behavioristik
- Koneksionisme tokohnya Throndike
- Classical conditioning tokohnya Pavlop
- Operant conditioning dikembangkan oleh Skinner
- Systematic behavior, yang dikembangkan oleh Hull
- Contiguous conditioning yang dikembangkan oleh Guthrie
Teori-Teori Belajar Kolom Kognitif
- Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler, dan Wertheimer
- Teori Medan (Filed Theory) tokohnya Lewin
- Teori Organismik dikembangkan oleh Wheeler
- Teori humanistik tokohnya Maslow dan Rogers
- Teori Konstruktivistik
Bentuk percobaannya, anjing dalam keadaan lapar dibunyikan lonceng kemudian diperlihatkan makanan dan saat itu air liur anjing keluar. Secara terus menerus cara ini dilakukan "bunyikan lonceng dan perlihatkan makanan sampai air liur anjing keluar" Sehingga pada akhirnya setiap kali lonceng dibunyikan air liur anjing keluar walaupun tanpa diperlihatkan atau diberi makanan.
Dalam keadaan ini, aning beljar bahwa jika lonceng berbunyi pasti ada makanan sehingga air liurnya keluar. Dari percobaan ini ditarik kesimpulan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian tersebut adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
Contoh dalam kehidupan manusia, seorang ayah ingin anaknya rajin belajar dan berprestasi disekolahnya. Ayahnya mengatakan "Dek, jika apabila kamu nanti naik kelas, ayah berjanji akan membelikan kamu sepeda baru" sehingga anak tersebut rajin belajar tapi bukan karena ingin pintar atau ingin naik kelas tapi karena ingin tas baru. Akhirnya lama-kelamaaan menjadi sebuah kebiasaan walaupun tanpa di iming-iming bonus, hadiah atau semisalnya.